Rabu, 17 Agustus 2011

Imam Kita Seperti Apa ya?


Seorang sahabat tiba-tiba berkata kepada saya, "aku ingin menikah". Saya jadi berfikir tentang pernikahan, berusaha memahami tentang kata 'menikah'. 

Kalau boleh saya analogikan, menikah itu ibaratnya kita sholat berjamaah di masjid.

Kalau kita mau pergi sholat jamaah di masjid kan tujuannya ibadah. Jadi harusnya tidak masalah siapapun imamnya. Tidak kita liat dari fisik, jabatan, materi, dan sebagainya.Yang menjadi imam adalah dia yang paling fasih bacaanya. Dan kita yakin dan percaya dialah yang paling baik agamanya sehingga dipilih menjadi imam.
Ibaratnya, kalau kita menikah kan tujuannya ibadah juga. jadi harusnya tidak masalah juga siapapun imamnya (suami). Tidak kita liat dari fisik, jabatan, materi, dan sebagainya. Siapapun yang ALLAH datangkan untuk kita, yakin dan percaya dialah yang terbaik untuk kita.
Idealnya seperti itu. Tapi faktanya, disekitar masih banyak yang mensyaratkan harta, jabatan, keturunan, rupa. Memangnya kalau cari imam sholat kita tanya dulu dia anak siapa, punya mobil berapa, pendidikannya apa. Ga kan? Harusnya mencari imam dalam keluarga juga seperti itu.

Nah, sebagai imam juga sudah seharusnya tidak memilih-milih makmum. Siapapun makmum yang datang ke masjid untuk ikut sholat berjamaah, ya harus diimami. Misalkan yang datang rombongan pengamen, rombongan ibu-ibu jualan, rombongan bapak-bapak tukang becak, selama mereka islam dan iman kepada ALLAH S.W.T ya harus diimami kan.
Diibaratkan menikah, calon imam (suami) juga tidak harus mensyaratkan harta, jabatan, keturunan, rupa dan sebagainya. Cukuplah syaratkan agamanya saja.
Sekali lagi idealnya seperti itu.

Bagi saya masih harus banyak belajar ikhlas untuk sampai pada tahap 'itu'. Rasanya masih ada keinginan untuk 'memilih'. Tapi saya yakin InsyaALLAH saya bisa, kita bisa. Selagi datangnya 'masa' itu mungkin masih lama, jadi masih ada waktu buat belajar. Tapi siapa yang tahu. Kapan waktunya bagi masing-masing kita kan sudah diatur sama ALLAH, mungkin setelah saya menulis ini, atau teman-teman membaca ini, 5 menit kemudian dilamar kan bisa saja terjadi. Makanya ayo kita mulai belajar dari sekarang. Belajar ikhlas. Menerima siapapun yang ALLAH 'pasang'kan dengan kita. Belum tentu dia yang sekarang berstatus 'pacar' nanti bisa jadi suami lho. Ingat ya! Makanya jangan pacaran layaknya udah jadi suami istri, belum muhrim tau :D. Hargai dirimu, jaga kesucianmu untuk suamimu. 

Ini cuma menurut saya lho ya, mana tau ada yang salah, CMIIW - correct me if I'm wrong, please :)

0 komentar:

Posting Komentar