Sabtu, 03 Desember 2011

Belum Ditemukan Jawabnya


Kenapa langkah kita seringnya sama, apakah kita memang akan berada pada satu jalan yang sama, atau hanya beriringan dengan tujuan yang sama?

Selasa, 29 November 2011

Rencana Besar

Apakah namaku tercantum dalam rencana besar masa depanmu? Karena sadar-tidak sadar aku sudah mencantumkan namamu dalam rencana besar masa depanku.

Jumat, 25 November 2011

(Mungkin) Belum Terpikir

Akan ada orang-orang yang tidak mengerti apa yang kau ucapakan, tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Seperti tidak mengerti akan kata diam yang berarti tak bicara, percaya yang berarti tak meragu, satu yang berarti tak ganda, dan sabar yang berarti tak menuntut. Bukan kata-kata nya yang mubadzir, tapi mungkin maknanya belum terpikir

Sabtu, 12 November 2011

Dari Mata Turun Ke Hati

Matahari telah tergelincir. Seorang lelaki terlihat bersegera menuju masjid ketika adzan zuhur dikumandangkan dari sebuah masjid kampus. Lelaki itu berwudhu dan menunaikan shalat nawafil. Lalu ia menjadi makmum di shaff terdepan. Shalat wajib ia laksanakan dengan ruku’ dan sujud yang sempurna. Setelah shalat tak lupa ia memuji nama Tuhannya dan memanjatkan doa untuk dirinya, ibu, ayahnya dan untuk ummat Muhammad SAW yang sedang berjihad fii sabilillah.

Sebelum menuju kelas untuk kuliah, lelaki itu menyempatkan diri bersalam-salaman dengan beberapa jamaah lain. Dengan raut wajah yang bersahaja, ia sedekahkan senyum terhadap semua orang yang ditemuinya. Ucapan salam pun ditujukannya kepada para akhwat yang ditemuinya di depan masjid.

Lelaki yang bernama Ali itu kemudian segera memasuki ruang kelasnya. Ia duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku berjudul “Langitpun Terguncang’. Buku berisi tentang hari akhir itu dibacanya dengan tekun. Sesekali ia mengerutkan dahi dan sesekali ia tersenyum simpul.

Ali sangat suka membaca dan meyukai ilmu Allah yang berhubungan dengan hari akhir karena dengan demikian ia dapat membangkitkan rasa cinta akan kampung akhirat dan tidak terlalu cinta pada dunia. Prinsipnya adalah “Bekerja untuk dunia seakan hidup selamanya dan beribadah untuk akhirat seakan mati esok.”

Sejak setahun belakangan ini, Ali selalu berusaha mencintai akhirat. Sunnah Rasululah SAW ia gigit kuat dengan gigi gerahamnya agar tak terjerumus kepada bid’ah. Ali selalu menyibukkan diri dengan segala Islam. Ia sangat membenci sekularisme karena menurutnya, sekulerisme itu tidak masuk akal. Bukankah ummat Islam mengetahui bahwa yang menciptakan adalah Allah SWT, lalu mengapa mengganti hukum Tuhannya dengan hukum ciptaan dan pandangan manusia? Bukankah yang menciptakan lebih mengetahui keadaan fitrah ciptaannya? Allah SWT yang menciptakan, maka sudah barang tentu segala sesuatunya tak dapat dipisahkan dari hukum Allah. Katakan yang halal itu halal dan yang haram itu haram, karena pengetahuan yang demikian datangnya dari sisi Allah.

Sementara Ali membaca bukunya dengan tekun, dua mahasiswi yang duduk tak jauh dari Ali bercakap-cakap membicarakan Ali. Mereka menyayangkan sekali, Ali yang demikian tampan dan juga pintar, namun belum mempunyai pacar, padahal banyak mahassiwi cantik di kampus ini yang suka padanya. Tapi tampaknya Ali tidak ambil peduli. Sikapnya itu membuat para wanita menjadi penasaran dan justru banyak yang ber-tabarruj di hadapannya. Kedua wanita itu terus bercakap-cakap hingga lupa bahwa mereka telah sampai kepada tahap ghibah.

Ali memang tak mau ambil pusing tentang urusan wanita karena ia yakin jodoh di tangan Allah swt. Namun tampaknya iman Ali kali ini benar-benar diuji oleh Allah SWT.

Ali menutup bukunya ketika dosen telah masuk kelas. Tampaknya sang dosen tak sendirian, di belakangnya ada seorang mahasiswi yang kelihatan malu-malu memasuki ruang kelas dan segera duduk di sebelah Ali. Ali merasa belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Saat dosen mengabsen satu persatu, tahulah Ali bahwa gadis itu bernama Nisa.

Tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Jantungnya berdegup keras. Bukan lantaran suka, tapi karena Ali selalu menundukkan pandangan pada semua wanita, sesuai perintah Allah SWT dalam Al Qur’an dan Rasulullah saw dalam hadits. “Astaghfirullah…!”, Ali beristighfar.
Pandangan pertama adalah anugerah atau lampu hijau. Pandangan kedua adalah lampu kuning. Ketiga adalah lampu merah. Ali sangat khawatir bila dari mata turun ke hati karena pandangan mata adalah panah-panah iblis.
***

Pada pertemuan kuliah selanjutnya, Nisa yang sering duduk di sebelah Ali, kian merasa aneh karena Ali tak pernah menatapnya kala berbicara. Ia lalu menanyakan hal itu kepada Utsman, teman dekat Ali. Mendengar penjelasan Utsman, tumbuh rasa kagum Nisa pada Ali. “Aku akan tundukkan pandangan seperti Ali”, tekad Nisa dalam hati.

Hari demi hari Nisa mendekati Ali. Ia banyak bertanya tentang ilmu agama kepada Ali. Karena menganggap Nisa adalah ladang da’wah yang potensial, Ali menanggapi dengan senang hati.

Hari berlalu… tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Ada bisikan yang berkata, “Sudahlah pandang saja, toh Nisa itu tidak terlau cantik.. Jadi mana mungkin kamu jatuh hati pada gadis seperti itu” Namun bisikan yang lain muncul, “Tundukkan pandanganmu. Ingat Allah! Cantik atau tidak, dia tetaplah wanita.” Ali gundah. “Kurasa, jika memandang Nisa, tak akan membangkitkan syahwat, jadi mana mungkin mata, pikiran dan hatiku ini berzina.”

Sejak itu, Ali terus menjawab pertanyaan-pertanyaan Nisa tentang agama, tanpa ghadhul bashar karena Ali menganggap Nisa sudah seperti adik… , hanya adik.

Ali dan Nisa kian dekat. Banyak hal yang mereka diskusikan. Masalah ummat maupun masalah agama. Bahkan terlalu dekat…

Hampir setiap hari, Ali dapat dengan bebas memandang Nisa. Hari demi hari, minggu demi minggu, tanpa disadarinya, ia hanya memandang satu wanita, NISA! Kala Nisa tak ada, terasa ada yang hilang. Tak ada teman diskusi agama…, tak ada teman berbicara dengan tawa yang renyah.., tak ada…wanita. DEG!!! Jantung Ali berdebar keras, bukan karena takut melanggar perintah Allah, namun karena ada yang berdesir di dalam hati…karena ia… mencintai Nisa.

Bisikan-bisikan itu datang kembali… “Jangan biarkan perasaan ini tumbuh berkembang. Cegahlah sebisamu! Jangan sampai kamu terjerumus zina hati…! Cintamu bukan karena Allah, tapi karena syahwat semata.”

 Tapi bisikan lain berkata, “Cinta ini indah bukan? Memang indah! Sayang lho jika masa muda dilewatkan dengan ibadah saja. Kapan lagi kamu dapat melewati masa kampus dengan manis. Lagipula jika kamu pacaran kan secara sehat, secara Islami.. ‘Tul nggak!” Ali mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Manalah ada pacaran Islami, bahkan hatimu akan berzina dengan hubungan itu. Matamu juga berzina karena memandangnya dengan syahwat. Hubungan yang halal hanyalah pernikahan. Lain itu tidak!!! Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mengubur zina?”, bisikan yang pertama terdengar lagi.

Terdengar lagi bisikan yang lain, “Terlalu banyak aturan! Begini zina, begitu zina. Jika langsung menikah, bagaimana bila tidak cocok? Bukankah harus ada penjajakan dulu agar saling mengenal! Apatah lagi kamu baru kuliah tingkat satu. Nikah susah!” 

Terdengar bantahan, “Benci karena Allah, cinta karena Allah. Jika pernikahanmu karena Allah, Insya Allah, Dia akan ridho padamu, dan akan sakinah keluargamu. Percayalah pada Tuhan penciptamu! Allah telah tentukan jodohmu. Contohlah Rasululah SAW, hubungan beliau dengan wanita hanya pernikahan.”

Bisikan lain berkata. “Bla.., bla.., Ali,… masa muda.., masa muda…, jangan sampai dilewatkan, sayang lho!”
Ali berpikir keras. Kali ini imannya benar-benar dilanda godaan hebat. Syetan telah berhasil membujuknya dengan perangkapnya yang selalu sukses sepanjang zaman, yaitu wanita.

Ali mengangkat gagang telepon. Jari-jarinya bergetar menekan nomor telepon Nisa. “Aah.., aku tidak berani.” Ali menutup telepon.

Bisikan itu datang lagi, “Menyatakannya, lewat surat saja, supaya romantis…!” “Aha! Benar! “ Ali mengambil selembar kertas dan menuliskan isi hatinya. Ia berencana akan menitipkannya pada teman dekat Nisa. Jantung Ali berdebar ketika dari kejauhan ia melihat Nisa terlihat menerima surat dari temannya dan membaca surat itu.
***

Esoknya, Utsman mengantarkan surat balasan dari Nisa untuk Ali, sembari berkata, “Nisa hari ini sudah pakai jilbab, dia jadi cantik lho. Sudah jadi akhwat!” Ali terkejut mendengarnya, namun rasa penasarannya membuatnya lebih memilih untuk membaca surat itu terlebih dahulu daripada merenungi ucapan Ustman tadi. Ali membaca surat itu dengan sungguh-sungguh.

Ia benar-benar tak menyangka akan penolakan yang bersahaja namun cukup membuatnya merasa ditampar keras. Nisa menuliskan beberapa ayat dari Al Qur’an, isinya :

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur : 30)

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS. Al Mu’minuun : 19).

Ali menghela nafas panjang… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Hanya ucapan istighfar yang keluar dari bibirnya. Pandangan khianatku sungguh terlarang. Memandang wanita yang bukan muhrim. Ya Allah… kami dengar dan kami taat. Astaghfirullah…

(Judul asli : Kala Iman Tergoda. Dengan revisi. Pernah diterbitkan di Bulletin Biru SMUNSA Bogor No. 01/I/23 Shafar 1421 H)

Repost : http://www.akhwatmuslimah.com/2011/06/230/dari-mata-turun-ke-hati-2/

Rabu, 26 Oktober 2011

Konsisten Itu Susah Ya?

Susah ya buat konsisten?

Gampang? Susah? Gampang-gampang susah?

Nah loh, yang konsisten dong jawabnya, hehe. . .

Tapi sebelumnya, tahu kan artinya konsisten? Definisi konsisten menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia itu


Konsisten : tetap, selaras, sesuai; mis. perbuatan hendaknya sesuai dengan ucapan berarti kalo konsistensi ya ketetapan, keselarasan, kesesuaian.


Akhir-akhir ini banyak orang yang saya temui mulai kehilangan konsistensi mereka. Ibaratnya apa yang dulu mereka bangun sebagai batas akhirnya mereka rusak sendiri. Hilang konsistensi mereka terhadap apa yang mereka ciptakan sendiri. Dan saya, sebagai seorang yang sedang mencoba untuk konsisten meneladani mereka, merasa harus mengkhianati prinsip saya sendiri dengan tidak konsisten dan berhenti meneladani mereka. Mungkin prinsipnya yang harus diganti biar niat saya untuk 'konsisten' tetap dengan ke'konsisten'annya. Prinsip yang tadinya "Meneladani si A, si B, si C" harus diubah menjadi "Meneladani yang benar jalannya". Memang kalau bicara teladan paling baik pastilah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, tapi di samping itu kan boleh kita meneladani orang-orang yang dianggap baik di sekitar kita. Nah disitulah area bahasan saya kali ini.


Banyak orang baik yang saya temui, banyak hal baik yang mereka ajarkan kepada saya. Sadar tidak sadar, setiap mereka yang saya temui turut andil dalam perubahan diri saya yang tujuannya menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Dari sekian banyak orang, ada beberapa yang menurut saya kepribadian mereka bisa saya contoh, prinsip-prinsip mereka, perilaku mereka menurut saya memang terpuji. Tapi yang namanya hati manusia itu mudah dibolak-balikkan, kadang ada kalanya mereka berbuat salah juga. Yang dulu mereka bilang sama saya, walaupun tersirat, "kamu jangan berbuat ini ya", akhirnya ketahuan juga mereka melakukan 'ini' tersebut. Di situlah yang saya bilang letak ketidak-konsisten-an mereka. Yah namanya juga manusia biasa, wajar kalau ada lupa, khilaf, salah.


Bukannya saya menuntut orang baik untuk selalu berbuat baik, bukannya saya menuntut mereka sebagai teladan tidak boleh berbuat salah. Lagian mereka juga sama sekali nggak tau kalau saya selama ini ngikutin mereka. Cuma anehnya ketidak-konsisten-an ini kenapa berjamaah? Saat saya lihat satu orang mulai tidak konsisten dengan ucapannya, sebutlah mas A, seperti sebuah kebetulan beruntun, mas B juga mulai berbuat yang nggak sesuai sama yang sudah diajarkan, terus mbak C juga setelah lama tidak berjumpa ternyata setelah dijumpai sudah tidak terlalu sama dengan mbak C yang dulu.


"Rasanya seperti pindah duduk dari lesehan ke kursi karena nasehat mereka-mereka tentang masuk angin lah, kotor lah, kuman lah, tapi setelah saya nurut dan duduk di kursi, tiba-tiba mereka ninggalin saya gitu aja dan malah kembali duduk lesehan".


Saya mencoba tidak su'uzon, mungkin ada alasan kuat mereka kembali duduk lesehan, dan sesegera mungkin saya harap mereka kembali duduk di kursi.


Lain cerita, masih cerita salah satu dari orang-orang yang saya temui. Kali ini ketidak-konsisten-an saya temui di antara harapan dan perbuatan. Mungkin akan lebih mudah dipahami kalau saya buat analoginya:


Anggaplah seorang murid, selalu mengeluh kepada gurunya kalau nilainya jelek. Dan pak guru selalu bilang belajarlah, membacalah, latihan soal lah. Si murid senang dapat kunci jadi juara kelas, ternyata cuma belajar, membaca, latihan. Tapi, selesai ulangan berikutnya, si murid datang lagi dan mengeluhkan hal yang sama "Pak, nilai saya jelek". Setelah ditanya "Kamu belajar, kamu membaca, kamu latihan?". Jawabnya "Enggak pak.".


See, ibaratnya seperti itu. Merasa berat untuk melakukan hal baik, tapi sangat berharap hal baik datang kepadanya. Memang ada sesuatu yang namanya 'keberuntungan', tapi ingatlah bahwa ALLAH Maha Tahu, ALLAH Tahu mana hambaNYA yang benar-benar berusaha atau cuma speak doang. Dan kita sebagai murid nggak bisa selamanya sok innocent bilang kalo pak guru belum pernah nyuruh saya belajar, membaca, dan latihan, jadi wajar kalo nilai saya jelek.


Segala hal yang kita dapat sesuai dengan usaha yang kita buat. Segala hal yang kita lakukan akan mendapat balasan yang setimpal. Jangan minta bisa kalau nggak mau mencoba, jangan minta pinter kalau nggak mau belajar, jangan minta disenyumin kalau nggak mau senyum duluan, jangan minta ditolong kalau nggak mau menolong, jangan minta didengarkan kalau nggak mau mendengarkan.


Tentang konsisten dan ke-konsisten-an saya sendiri juga masih belajar. Baik sadar ataupun tidak sadar saya pun masih sering lepas dari ke-konsisten-an itu sendiri. Dan dengan tulisan ini bukannya saya mau menghakimi, tapi hanya ingin mengingatkan termasuk mengingatkan diri saya sendiri.

^_____^

Selasa, 11 Oktober 2011

Semoga Disampaikan Kepadamu

Kamu, meskipun lebih memilihku di awalnya, tapi tetap memberikan perhatianmu kepadanya di akhirnya.
Hanya gara-gara dia seseorang yang selalu mengungkapkan perasaannya, dan entah apalah lagi yang sudah dia ungkapkan dan tuliskan kepadamu.

Menurutku ini tidak adil !

Kamu kan yang selalu bilang "Cintailah karena ALLAH".
Dan cinta yang bersumber dari-NYA, haruslah kembali pada-NYA
Dengan cara yang telah disyariatkan-NYA

Dalam harap
Dalam diam
Dalam doa

Bukankah kamu tahu bagaimana caraku mencintaimu.
Bukankah memang itu yang seharusnya aku lakukan.
Tanpa kata cinta sebelum hak-nya
Tanpa pengungkapan sebelum akad-nya
Tanpa perhatian berlebih sebelum halal-nya

Menurutku ini tidak adil !

Ketika kamu jatuh dan merasa dia yang selalu ada memegangmu dengan tangannya
Kamu melupakan aku yang selalu memegangmu dengan doaku
Ketika kamu merasa kalah oleh dunia dan kamu bangkit karena semangatnya yang selalu dia suratkan kepadamu
kamu melupakan semangat dariku yang kutitipkan kepada-NYA

Bukan sms setiap hari, telepon setiap malam yang bisa aku berikan kepadamu untuk membuktikan cintaku dan rinduku, tapi rindu dan cintaku selalu kutitipkan kepada-NYA untuk disampaikan kepadamu.
Mungkin disampaikan oleh-NYA, tapi nasibnya hanya seperti surat yang diselipkan di bawah pintu, tertendang kaki-kaki yang masuk untuk menyampaikan surat mereka langsung kepadamu.

Atau mungkin ALLAH memang tidak berkenan untuk menyampaikannya kepadamu. :'(

"ALLAH tidak menjadikan dua hati dalam satu rongga" (QS. Al-Ahzab : 4)
Tidak mungkin seseorang mencintai hak sekaligus mencintai kebatilan.





Astagfirullahaladzim, Ya ALLAH mungkin caraku mencintainya pun belum sepenuhnya sesuai syariatMU, jagalah kami dan lindungilah kami agar selalu berada di jalanMU.
Pertemukanlah kami dalam agamaMU, dalam berkahMU, dalam cintaMU.
Mudahkanlah jalan kami menuju kebaikan yang telah Engkau janjikan.

Aku mohon, jaga dirimu, jaga kesucianmu seperti aku menjaga diriku dan kesucianku yang teramat sangat kuharapkan bisa kupersembahkan untukmu, sebagai seseorang yang hingga saat ini kuanggap adalah orang yang terbaik yang bisa menjadi pendidik mujahid dan mujahidahku kelak.

Ya ALLAH, Engkaulah Yang Maha Mengetahui apa yang menjadi kehendak ku, semoga inilah yang baik untukku, untuk agamaku, dan untuk masa depanku, semoga Engkau memberkahi, meridhoi, dan mewujudkannya. Aamiin.

Kutitipkan rindu dan cintaku kepadaNYA, mohon pintalah kepadaNYA agar disampaikan kepadamu.
Kutitipkan rindu dan cintaku kepadaNYA untuk disampaikan kepadamu.

Jumat, 16 September 2011

Karena Aku Mencintaimu






Karena aku mencintaimu, maka aku ingin kau menjaga akhlakmu..
Karena aku mencintaimu, tidak terlintas di hati ini untuk melalaikanmu. .
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu bahkan aku mau kau menjauhiku dan aku pun akan menjauh darimu..
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu dengan perbuatanku..


Karena aku mencintaimu, aku tak ingin mengusik ketentraman batinmu. .
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin mempesonamu. .
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin membuatmu simpati dan kagum atau menaruh harap padaku. .
Maka biarlah aku bersikap tegas padamu. .
Biarlah aku bersikap dingin, meski kau harus benci padaku. .
Namun begitulah caraku mencintaimu. .


Aku diam, bukan berarti aku tak peduli kepadamu. .
Aku diam, bukan berarti aku tak memikirkanmu. .
Aku diam, bukan berarti aku tak mengharapkanmu. .
Aku diam, bukan berarti aku tak merindukanmu. .
dan
Aku diam, bukan berarti aku tak mencintaimu. .

akan tetapi,

Aku diam, karena aku sungguh memikirkanmu. .
Aku diam, karena aku sungguh merindukanmu. .
Aku diam, karena cinta sejatiku kepadamu. .
Aku diam, karena aku tidak mau menjebakmu kedalam jurang-jurang dosa. .

Sungguh aku tidak mau membawamu kejalan yang dimurkai Allah, sekali lagi aku tidak mau membawamu ke jalan yang dimurkai Allah..


Biarlah rindu ini menghujam qolbuku, sehinga membuatku bagaikan dihujam sebilah samurai yang membelah dadaku.
Biarlah sepi ini menyelimutiku, sehingga membuatku seperti berdiri sendiri ditengah gelapnya padang pasir.
Biarlah kegelisahan ini membelaiku, walaupun terasa bagaikan belaian badai.

Walaupun semua ini terasa perih, bagaikan sebuah selimut yang tersimpan ribuan pedang yang siap untuk menghujamku bila aku memakainya, akan tetap aku pakai. Karena aku yakin, didalam selimut itu tersimpan kehangatan Ridho-Nya.
Yang kan membawaku kedalam mimpi yang indah, menari bersamamu di dalam taman syurga, yang dibawahnya mengalir sungai-sungai yang menyejukkan jiwa...


Duhai engkau yang di sana, sungguh dalam diam aku mencintaimu. .
Wahai calon Imamku, dalam diam aku mencintaimu. .


https://www.facebook.com/pages/Wahai-Calon-ImamkuJemput-Aku-Menjadi-Bidadarimu/183260755072721

Minggu, 21 Agustus 2011

Apakah Ada Hakku?

Apakah boleh jika aku berkata "jangan pergi!!" ?

Apakah ada hakku untuk memintamu tetap tinggal disini?

Apakah dirimu memang akan tetap tinggal jika aku meminta?

Apakah permintaanku itu yang selama ini kau tunggu?




Kalaupun mau aku bisa bilang "jangan pergi", tapi yang terucap hanya "semoga yang terbaik untuk semua".

Memangnya mau bilang apa lagi, belum ada hakku untuk itu.

Kalaupun aku bilang "jangan pergi", kamu mungkin hanya akan menjawab "nanti, Insya ALLAH akan tiba waktunya".

Ya, memangnya mau bilang apa lagi, belum sampai waktu kita untuk itu.



Pernah kamu perhatikan kenapa matahari dan bulan berjalan menurut jalurnya masing-masing? Bergantian? Ya, karena ada ALLAH Subhanahu wa Ta'ala yang sudah mengaturnya, dan juga mengatur hidup kita.
Sama seperti matahari dan bulan yang baru akan muncul ketika sudah waktunya, bahagia itu pun juga baru akan muncul jika sudah waktunya. Jangan minta dipercepat, jangan minta diperlambat, Sesungguhnya hanya ALLAH yang Maha Tahu apa dan kapan yang terbaik akan terjadi untuk kita.


Sabar :)
Mungkin kamu yang disana bisa lebih sabar dari aku, mohon bimbingannya :) :)

Rabu, 17 Agustus 2011

Aku Ingin Mencintaimu Karena ALLAH


♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena sifatmu yang ceria

menjadi semangat yang menyala di dalam hati ini

tapi kemudian aku bertanya

bila keceriaan itu kelam dirundung duka

seberapa muram cintaku kan ada?





♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena ramah hatimu

memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu

tapi kemudian aku bertanya

Apabila keramahan itu tertutup kabut prasangka

seberapa mampu cintaku memendam praduga?



♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena cerdasnya dirimu

membuatku yakin pada putusanmu

tapi kemudian aku bertanya

ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua

seberapa bijak cintaku tuk tetap mengharapmu?




♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena kemandirian yang kau miliki

menyematkan rasa bangga ku yang mengenalmu

tapi kemudian aku bertanya

jika di tengah itu rasa manjamu tiba menyeruak

seberapa cintaku tetap bersamamu?




♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena tegarnya sikapmu

menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu

tapi kemudian aku bertanya

andai ketegaran itu rapuh diterpa badai

seberapa kuat cintaku bertahan?




♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena pengertian yang kau berikan

menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang kau tanam

tapi kemudian aku bertanya

kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat

seberapa ku mampu mengerti cinta ini?



♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena luasnya danau kesabaranmu

menambah dalamnya rasa cinta semakin ku mengenalmu

tapi kemudian aku bertanya

mungkin kesabaran itu mencapai batas membendung kesalahanku

seberapa besar cinta mampu memaafkan?





♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena karena keteguhan imanmu

yang benderang mengantarkan cahaya

tapi kemudian aku bertanya kala iman itu jatuh menurun

seberapa berkurang akhirnya cintaku padamu?




♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena kau yang tlah kupilih

sebagai cinta yang kan kupegang sepanjang hayat

tapi kemudian aku bertanya,ketika hati ini tergoncang

seberapa mantap cinta ini tuk tetap setia?

Andai sejuta alasan tak cukup

untuk membuat cinta ini tetap bersama dirimu

maka biar kupinta satu alasan tuk menjaga cintaku..




♥♥`*•.¸¸.•*♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.•* ♥♥`*•.¸¸.• ♥♥`

Aku ingin mencintaimu karena Allah..

karena Dia kan selalu ada tuk menjaga

maka cintaku kan tetap utuh dan setia

hingga kelak, ku tak mampu lagi mencintaimu

karena cintaku berpulang pada-Nya..



Repost : http://www.facebook.com/media/set/?set=a.248756791804625.76775.230529740293997&type=1

Ketika Dia Mencinta

Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokaatuh...

بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْـــــم

ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫ღ☆ღ

Buat semua kaum akhwat dan ikhwan:
Dia...
Diaa..

Tidak seperti kebanyakan yang lainnya, mengumbar cintanya. Dia bahkan tak pernah mengungkapkan isi hatinya. Bukan karena takut, tapi karena dia tak mau membuat orang yang dicintainya masuk kedalam cinta berkalang dosa.

Dia.. ketika mencintai...
Maka cukuplah dia dan Allah yang tau.
Bukan berarti tak berani, tapi karena dia yakin Allah akan memberikan yang terbaik buatnya.

Dia...
Yang menjaga cintanya dalam ketaQwaan dan kesabaran sampai waktu yang dijanjikan tiba.
Dia...
Diam dalam muhasabah cintanya.
Dia...
Trpkur dalam khusyuk do'anya.

"Ya Robb...Sesungguhnya rasa ini bagian dari nikmat-Mu.
Jaga hati kami agar tak menjadikannya sebagai maksiat kepada-Mu.
Ya Robb.. Jika Engkau berkenan menjadikan pasangan jiwa kami, jaga hatinya untuk kami sampai ikatan halal mempertemukan.

Namun ya Robbi,
Jika diia bukan milik kami, gantilah dengan yang lebih baik darinya.
Yang akan menjadi penentram jiwa kami, teman dalam perjuangan kami menuju-Mu.
Yang ketika kami melihatnya, mengingatkan kepada-Mu.
Ya Robbi, Izinkan kami menjadi Fathimah dan 'Ali yang menjaga cintanya sampai akaD menghalalkan."



Repost : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=268451493168488&set=a.268450429835261.80556.230529740293997&type=1&ref=nf

Imam Kita Seperti Apa ya?


Seorang sahabat tiba-tiba berkata kepada saya, "aku ingin menikah". Saya jadi berfikir tentang pernikahan, berusaha memahami tentang kata 'menikah'. 

Kalau boleh saya analogikan, menikah itu ibaratnya kita sholat berjamaah di masjid.

Kalau kita mau pergi sholat jamaah di masjid kan tujuannya ibadah. Jadi harusnya tidak masalah siapapun imamnya. Tidak kita liat dari fisik, jabatan, materi, dan sebagainya.Yang menjadi imam adalah dia yang paling fasih bacaanya. Dan kita yakin dan percaya dialah yang paling baik agamanya sehingga dipilih menjadi imam.
Ibaratnya, kalau kita menikah kan tujuannya ibadah juga. jadi harusnya tidak masalah juga siapapun imamnya (suami). Tidak kita liat dari fisik, jabatan, materi, dan sebagainya. Siapapun yang ALLAH datangkan untuk kita, yakin dan percaya dialah yang terbaik untuk kita.
Idealnya seperti itu. Tapi faktanya, disekitar masih banyak yang mensyaratkan harta, jabatan, keturunan, rupa. Memangnya kalau cari imam sholat kita tanya dulu dia anak siapa, punya mobil berapa, pendidikannya apa. Ga kan? Harusnya mencari imam dalam keluarga juga seperti itu.

Nah, sebagai imam juga sudah seharusnya tidak memilih-milih makmum. Siapapun makmum yang datang ke masjid untuk ikut sholat berjamaah, ya harus diimami. Misalkan yang datang rombongan pengamen, rombongan ibu-ibu jualan, rombongan bapak-bapak tukang becak, selama mereka islam dan iman kepada ALLAH S.W.T ya harus diimami kan.
Diibaratkan menikah, calon imam (suami) juga tidak harus mensyaratkan harta, jabatan, keturunan, rupa dan sebagainya. Cukuplah syaratkan agamanya saja.
Sekali lagi idealnya seperti itu.

Bagi saya masih harus banyak belajar ikhlas untuk sampai pada tahap 'itu'. Rasanya masih ada keinginan untuk 'memilih'. Tapi saya yakin InsyaALLAH saya bisa, kita bisa. Selagi datangnya 'masa' itu mungkin masih lama, jadi masih ada waktu buat belajar. Tapi siapa yang tahu. Kapan waktunya bagi masing-masing kita kan sudah diatur sama ALLAH, mungkin setelah saya menulis ini, atau teman-teman membaca ini, 5 menit kemudian dilamar kan bisa saja terjadi. Makanya ayo kita mulai belajar dari sekarang. Belajar ikhlas. Menerima siapapun yang ALLAH 'pasang'kan dengan kita. Belum tentu dia yang sekarang berstatus 'pacar' nanti bisa jadi suami lho. Ingat ya! Makanya jangan pacaran layaknya udah jadi suami istri, belum muhrim tau :D. Hargai dirimu, jaga kesucianmu untuk suamimu. 

Ini cuma menurut saya lho ya, mana tau ada yang salah, CMIIW - correct me if I'm wrong, please :)

Ketika Akhwat Jatuh Cinta


"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."

Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.

Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.

Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?

Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.

Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai seorang manusia, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.

Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.

Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.


Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.

Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan ada perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.

Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridho Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.

Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.

Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.

Yang dicari walau bukan putra raja, biarlah putra Agama.
Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.
Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.
Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini srikandi dengan silam yang kelam.
Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.
Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku ridho ketetapan Illahi..

Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga ridho Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.

***

Dari note Saputro Nawamreh

Repost : http://www.facebook.com/notes/karena-wanita-ingin-dimengerti/dengarlah-suara-hatiku/185005411534660

Dengarlah Suara Hatiku


"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."

Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.

Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.

Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?

Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.

Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai seorang manusia, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.

Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.

Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.


Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.

Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan ada perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.

Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridho Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.

Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.

Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.

Yang dicari walau bukan putra raja, biarlah putra Agama.
Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.
Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.
Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini srikandi dengan silam yang kelam.
Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.
Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku ridho ketetapan Illahi..

Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga ridho Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.

***

Dari note Saputro Nawamreh

Repost : http://www.facebook.com/notes/karena-wanita-ingin-dimengerti/dengarlah-suara-hatiku/185005411534660

Minggu, 14 Agustus 2011

Kamu itu. . .

Kamu itu seperti mengganti kata "matahari" dengan kata "bintang yang tampak paling besar dibandingkan bintang-bintang lain yang bertaburan di angkasa luar". Ribet dan menimbulkan banyak persepsi. Membuat sang matahari sendiri pun kadang tak yakin kamu sedang mendefinisikan dirinya.

Jumat, 01 Juli 2011

Duhai Kanda…. “JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU…"

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Ku persembahkan untuk (calon) Pendampingku yang hanif..

Duhai Kanda…

Kupersembahkan sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang selalu kubaca disetiap kartu undangan yang selalu melayangkan pikiranku akhir-akhir ini.

Hingga detik ini,aku senantiasa bertanya kapan namaku tercantum pada sebuah kartu undangan pernikahan? Siapa pula nama yang mengiringi namaku pada kartu undangan tersebut dalam rangka mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat) itu?

“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)

Tiada kata yang dapat kuucapkan atas karunia Allah Ta’ala hingga pada waktu yang tepat nanti aku akan menikah dengan orang pilihan Allah Ta’ala yang telah ditetapkan-Nya dalam kitab Lauh Mahfudz, kecuali syukur alhamdulillah untuk-Nya. 

Nikmat dan anugerah ini sungguh begitu agung.

Sesungguhnya, sudah aku jalani “proses” dengan laki-laki lain, tapi ternyata Allah takdirkan engkau masih tersembunyi dibalik kuasa-Nya.

Menanti dengan ikhtiar dan doa yang penuh kesabaran tuk menghadirkanmu dalam hidupku merupakan anugerah dalam hidupku diantara anugerah-anugerah lain yang Allah Ta’ala berikan kepadaku.

Diberi-Nya aku kesempatan untuk lebih memperbaiki diri sebagai Muslimah hingga aku layak untuk kau jemput kelak sebagai bidadarimu.

Subhanallaah! Fabiayyi alaairabbikumaa tukadzdzibaan..

Duhai Kanda..

Apakah yang saat ini sedang engkau lakukan?

Semogalah engkau adalah seorang ikhwan (laki-laki) yang sedang bersemangat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan bertaubat dari dosa-dosamu.

Kembali kepada fitrahmu sebagai manusia yang berjiwa hanif, memperbaiki diri detik demi detik sebagai bekal meninggalkan kampung penuh penipuan dan bersiap-siap menuju kampung kekekalan.

Hingga pada saat kita dipertemukan oleh-Nya (di tempat dan waktu yang tepat),

Kanda…

Pada saatnya nanti, jika Allah Ta’ala sudah berkehendak untuk mempersatukan hati kita,

maka tak lagi kupermasalahkan maharmu yang dengan penuh kerelaan kau berikan kepadaku.

Tidak kita hiraukan lagi bujuk rayu setan akan materi.

Hingga engkau dapat memenuhi perintah Allah Ta’ala yang berfirman :

“Dan berikanlah mahar (mas kawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS. An-Nisaa : 4)

Niat suci kita untuk menuju pernikahan yang barakah meluluh lantahkan hatiku untuk menerima mahar darimu apa adanya, bahkan aku akan mempermudah engkau dalam masalah ini, hingga aku yakin bahwa insyaAllah aku bisa menjadi orang yang tersebut dalam sabda Rasulullaah Shallallaahu’alaihiwa Sallam :

“Wanita yang paling banyak mendapatkan berkah adalah yang paling ringan maharnya”

Dan akhirnya kita berdua makin yakin, bahwa pernikahan kita akan sesuai syari’at, sebagaimana Uqbah bin Amir radhiyallaahu’anhu berkata, Rosulullah Shallallaahu’alaihi wa Sallam bersabda :

“Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah”

Duhai Kanda…

Kemudian, HALAL-nya kita untuk saling mencintai karena Alloh Ta’ala.

Seketika, penantian kita yang lama itu, akan membebaskan syahwat2 yang selama ini kita pendam, bersamaan dengan meleburnya dosa-dosa kita lewat genggaman jari jemari kita.

kita akan semakin mengenal satu sama lain, cinta makin subur di taman hati masing-masing, pujian demi pujian yang mengekalkan cinta kita mulai bersemi indah.


Karenanya ya kanda..Kelak, malam-malam yang indah itu akan engkau hiasi dengan membangunkanku disepertiga malam terakhir dengan lembut dengan atau tanpa percikan air diwajahku.


Kau ajak aku shalat malam bersamamu dengan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang memporak-porandakan taman hatiku, meluluhlantahkan jiwaku dan menghanyutkan aku akan kecintaanku pada Allah Ta’ala.

Subhanallaah!

Fabiayyi alaairabbikumaa tukadzdzibaan..

Duhai Kanda..

Kuharap engkau adalah laki-laki penyabar dan dapat menghadapi kondisi emosionalku sebagai istri.

Saat aku marah, saat aku salah, engkau meluruskanku dengan cara yang sangat baik dan lembut.

Karena kutahu,engkau senantiasa ingin beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallaahu’alaihi wa Sallam.

Dan saat engkau marah, sementara aku ikut terbawa emosi, maka engkau mengajakku untuk berlindung kepada Allah Ta’ala, berwudhu, dan shalat dua rakaat.


Apabila kita sedang berdiri, maka kita duduk, apabila kita sedang duduk, maka kita berbaring, atau salah satu dari kita akan mencium, merangkul dan menyatakan alasan kita.

Apabila salah satu diantara kita berbuat salah, maka kita akan saling memaafkan karena mengharapkan wajah Allah Ta’ala semata. (Fiqhut Ta’amul bainaz Zaujani)

Lantas kita mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan tidak menceritakannya kepada orang lain.

Saling instropeksi, menyadari kesalahan masing-masing dan saling memaafkan serta memohon kepada Allah Ta’ala agar senantiasa disatukan-Nya hati kita, dimudahkan urusan dalam KETAATAN KEPADA-NYA, dan diberikan kedamaian dalam rumah tangga kita.

“Betapa indahnya menjadi bunga ditaman hatimu…”

Duhai Kanda…

Engkau memberiku makan apabila engkau makan, Engkau memberiku pakaian apabila engkau berpakaian,

Engkau tidak akan memukul wajahku, Engkau tidak akan menjelek-jelekkan diriku, dan Engkau tidak akan meninggalkanku melainkan didalam rumah (yakni tidak berpisah tempat tidur melainkan didalam rumah)

Dengan keimanan dan ketaqwaanmu, engkau tidak pernah berputus asa dalam mencari rizki.

Berikhtiar dan bertawakkal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Ta’ala, sebagaimana perintah Rasulullah Shallallaahu’alaihi wa Sallam :

Kanda…,

Dinda memilihmu karena agama yang ada pada dirimu.

Aku memilihmu karena aku tahu bahwa engkau akan senantiasa menjagaku dan anak-anakku kelak dari api Neraka. Kau ajarkan aku untuk taat dan bertakwa kepada Allah ‘Azzawa Jalla

Sungguh, betapa engkau telah membawaku teringat dan bergetar saat engkau menasehatiku sambil membawakan firman AllahTa’ala : Hingga cita-citaku dan keinginanku tuk menjadi BUNGA DITAMAN HATIMU sebagaimana Khadijah Radhiyallaahu’anha menemani Rasulullaah Shallallahu’alaihi wa Sallam sepanjang hidupnya dapat aku amalkan perlahan-lahan dengan bimbinganmu.

Kelak akan engkau ajarkan pula aku untuk senantiasa berbakti kepada Orang Tua kita untuk menggapai ridha Allah Ta’ala. Birrul walidain (berbakti kepada orangtua)

Kanda…,

Betapa aku akan sangat taat kepadamu dengan segala ketaatan dan ketakwaanmu kepada Allah Ta’ala dan ketaatanmu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi waSallam.


Hingga andaikata Allah Ta’ala tidak melarangku untuk bersujud kepada selain-Nya, maka engkaulah tempatku untuk bersujud memohon Syurga…

Temanilah diriku sampai matiku nanti, dampingi aku dalam melaksanakan amanah rumah tanggaku.

Sesungguhnya, sebagai kepala keluarga engkau akan ditanya dihadapan Allah Azza wa Jalla tentang pertanggungjawabanmu atas diriku sebagai istrimu.


Juga anak-anak dan rumah tangga sebagai beban di pundakmu.

Sungguh begitu indah memilikimu dalam mitsaqan gholizha ini kelak… maka bagaimana aku tidak akan memperhatikanmu, sementara engkau adalah surga dan nerakaku,


Duhai Kanda…. Karenanya… “JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU…

“Semoga Allah Ta’ala segera mempertemukan kita dan senantiasa mempermudah urusan kita dalam mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat) kelak...

Semoga bermanfa'at 

SALAM UHIBBUKUM FILLAH
Aamiin ya Robbal 'alamiin