Sabtu, 07 April 2012

Kabut di Persimpangan

Di persimpangan,

Kedua jalan masih tertutup kabut
Lenteraku meredup setelah sempat membara
Padahal angin tak bertiup, tapi hujan menggerimis
Langkahku terhimpit takut
Tatapanku menerawang ragu

Yang kuharap hanya CahayaMU, setitik di salah satu ujung jalanMU

Sementara jalan ini masih berkabut dan aku tidak mungkin berhenti menunggu matahari, maka aku akan berjalan perlahan dan tetap mengarah padaMU.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bimbang menentukan pilihan, atau bisa dibilang galau kalau mengikuti bahasa anak jaman sekarang, adalah perasaan yang sering dirasakan oleh kita (ya, oleh saya lah kalau anda tidak mau mengakuinya hehe,, ). Dan penyebabnya bisa macem-macem. Pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan yang paling sering ya masalah percintaan.

Duluuu (sengaja huruf U nya banyak karena sudah cukup lama) kira-kira sekitar 3 tahun yang lalu, saya menuliskan 3 paragraf pertama pada tulisan saya di atas. Waktu itu saya lagi bingung mau membuat keputusan untuk sekolah keluar kota atau tidak. Di satu sisi saya ingin sekali bisa dapat kesempatan melanjutkan studi di salah satu perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia, dan di sisi lain saya sedikit takut dan kurang yakin dengan kemampuan saya. Kenapa takut? Saya takut tidak bisa hidup mandiri jauh dari orang tua (waktu itu adalah pertama kali nya saya hidup jauh dari orang tua). Saya takut tidak ada yang melindungi dan menyayangi seperti keluarga saya di rumah. Saya takut tidak bisa menyesuaikan diri. Dan kenapa kurang yakin? Ya karena yang mau saya tuju adalah perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia, saya kurang yakin dapat bersaing untuk lolos menjadi salah satu mahasiswa disitu.

ALHAMDULILLAH, ALLAH SWT menunjukkan cahayaNYA. Dengan segala kuasaNYA saya bisa menjadi berani dan yakin untuk mengambil kesempatan melanjutkan studi keluar kota. Dan akhirnya disinilah saya, sudah menyelesaikan studi saya dengan hasil yang memuaskan.

Itulah, pada waktunya matahari akan membuat kabut menghilang.

Kemudian, 2 tahun kemudian.
Paragaraf terakhir saya tulis. Kasus yang melatarbelakangi berbeda. Yang ini kasusnya adalah kasus umum yang sering melanda remaja usia 16 tahun ke atas. Cinta, Percintaan, Asmara, atau apalah sebutannya. Untuk kasus ini, hingga sekarang hampir 1 tahun setelahnya, saya merasa matahari belum bersinar dengan tegas untuk menghilangkan kabut. Saya tau dan sadar bahwa jika ALLAH SWT belum menghendaki kabut ini menghilang, ya belum akan hilang. Semoga saja ALLAH SWT meridhoi dan membuat hati saya bisa selalu ikhlas agar saya tidak minta dipercepat apa yang telah ditangguhkanNYA dan tidak minta ditangguhkan apa yang telah dipercepatNYA.

Logikanya, kabut itu akan muncul saat udara dingin. Dan saat suhu mulai menghangat oleh matahari, maka kabut pun perlahan akan menghilang. Analogikan kabut itu adalah permasalahanmu, hal yang menyebabkan kegalauanmu, pilihan-pilihan yang mengganggu tidurmu bahkan sadarmu. Yang perlu kamu lakukan adalah menghangatkan diri. Bukan, bukan dengan berjemur di matahari, tapi dekatkan dan semakin dekatkan dirimu padaNYA. Bukankah matahari itu adalah milikNYA juga. Berdoalah semoga ALLAH SWT mengirimkan 'matahari' yang cocok dan sesuai yang bisa menghilangkan kabutmu. :)

Dan untuk kabut yang saya rasa belum juga bisa hilang ini, saya tau pasti kapan kabut ini akan hilang. Nanti ketika ALLAH SWT sudah mengirimkan 'matahari' yang akan menyinari dan menemani saya menjalani sisa hidup saya. Memang bukan sekarang. Mungkin nanti, mungkin juga bukan di sini, di dunia ini. Yang perlu saya lakukan hanyalah mendekatkan diri kepada sumber dari segala sumber kehangatan yang bisa menghilangkan kabut, ALLAH Subhanahu wa ta'ala. :)


Pada waktunya nanti, matahari akan membuat kabut menghilang.

0 komentar:

Posting Komentar