Rabu, 01 Juni 2011

Satu Pintu (Prolog)

Tadinya pintu ini sudah akan kubuka, demi melihat dirimu yang sekian lama terus duduk di depan pintuku. Sampai saat aku mencoba mengintip sebelum aku benar-benar membukanya, ternyata dirimu sedang menatap pintu lain dan sedang berniat melangkah pergi. Aku berbalik menutup pintu rapat-rapat. Rapat-rapat. Mungkin itu sebabnya dirimu tidak pernah mengetuk, meski selama itu. Ada pintu lain yang kau harapkan untuk terbuka.

I won't let u to be priority in my life, when u are just let me be an option in yours.

Tuhan, mengapa Engkau pertemukan bila akhirnya Kau pisahkan, termasuk dengan sebuah rasa?
Ya, mungkin memang ada yang ingin Kau tunjukkan (lagi) dengan memasukkannya kedalam kehidupanku.

Terdiam, mencoba memahami dan mencari arti, angin menerbangkan selembar kertas mengetuk jendelaku. Entah dari mana, entah untuk siapa, kubaca juga isinya :


Antara sebuah kerinduan
yang tersimpul dalam hati
yang manisnya menyentuh jiwa


Ada harap 
pintu hatinya kan terbuka


Rupanya sang hujan menyambut
karena hujan menolak mentari
dan mentari pun memilih tak bersinar
maka tetes air hujan membasahi bumi


Satu pintu hati tlah tertutup
ada sebuah tembok benteng besar nan kokoh 
yang tak mungkin aku masuk kedalamnya


Ada kehendak diatas kehendak diriku
ijinkan aku melepasnya dengan keikhlasan atas-Mu
Engkau yang lebih mengerti apa yang tidak kumengerti


Allah, satu pintu hati tlah tertutup untukku
Namun aku yakin,
Engkau pasti sudah membukakanku pintu lainya


Sebuah pintu hati suci yang kan ku tinggal bersamanya
untuk duniaku, untuk akheratku
yang tanpa perlu aku mengetuk pintu itu ataupun bahkan mendobraknya…

Allah, tuntun aku menuju pintu itu ……

Bagai dialog tanpa kata, seolah inilah jawaban dari seberang. Apa salah jika aku ingin kau mengetuk pintuku? Hanya mengetuk saja. Biar aku tahu kau menunggu di luar. Menungguku. Sudahlah, sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan dialog tanpa kata. Why must we talk in a code when we can talk 'it' together in the porch? 

Ada kehendak diatas kehendak diriku. Kupastikan pintuku kembali tertutup rapat.

(Windita)

1 komentar:

diaNDra Windita mengatakan...

Puisi repost dari http://aldedi.blog.friendster.com/2008/03/pintu-hati/
Thx buat aldedi :)

Posting Komentar